Limfogranuloma Venereum

PENGERTIAN
          Limfogranuloma venereum (LGV) termasuk kelompok penyakit kelamin menular (Sexually Transmitted Disease, STD) yang tersebar luas di seluruh dunia. Penyakit ini disebabkan oleh Chlamydia trachomatis yang menyerang orang laki-laki maupun perempuan. LGV disebut sebagai penyakit kelamin yang keenam.

GEJALA KLINIS DAN DIAGNOSIS LGV
          Sesudah masa inkubasi 3-30 hari, tanda awal LGV berupa lesi primer berbentuk papul atau ulkus dtempat masuknya kuman, berukuran kecil yang terdapat di alat genital atau di daerah rektal. Ulkus yang terdapat di dalam uretra, vagina atau rektum jarang terdeteksi. Selain itu terjadi pembesaran kelenjar limfe di daerah genital (yang terjadi sesudah ulkus sembuh), perdarahan, nyeri atau keluarnya eksudat dari ulkus. Lesi genital LGV sukar dibedakan dari ulkus yang terjadi pada sifilis, hepes genital atau chancroid.
          Jika tidak diobati, LGV akan mengalami komplikasi, misalnya pembesaran dan ulserasi genital eksternal dan obstruksi limfatik yang menimbulkan elefantiasis genital. Pada penderita perempuan elefantiasis labia berhubungan dengan ulserasi vulva dan rektum (genito-anorectal syndrome). Pada penderita laki-laki dapat terjadi elefantiasis pada penis dan skrotum, dan striktura serta fistula yang menimbulkan non-gonococcal urethritis.
          Diagnosis LGV terutama didasarkan atas keluhan dan gejala klinis yang terjadi. Untuk menegakkan diagnosis pasti LGV harus ditemukan organisme penyebabnya, dengan cara inokulasi nanah dari lesi ke dalam yolc sac telur yang sudah mengandung embrio atau ke dalam otak tikus putih. Dengan pewarnaan Giemsa atas hapusan lesi atau hasil biopsi kelenjar, organisme dapat ditemukan di dalam intracytoplasmic inclusion body. Untuk membantu diagnosis dapat dilakukan uji kulit (Frei-Hoffmann Test) atau pemeriksaan serologi misalnya uji fiksasi komplemen.

PENGOBATAN DAN PENCEGAHAN LGV 
         LGV dapat diobati dengan doksisiklin selama 21 hari eritoromisin atau azitromisin. Doksisiklin tidak boleh diberikan pada perempuan hamil atau ibu yang menyusui anaknya.
         Tindakan pembedahan dapat dilakukan jika penderita sedang mendapatkan pengobatan dengan antibiotik, misalnya untuk mengeluarkan nanah abses dengan aspirasi, eksisi striktura rektum, vulvektomi jika terjadi elefantiasis genital.
          Pencegahan dilakukan dengan tidak melakukan kontak seksual dan tidakan pencegahan penularan penyakit kelamin (STD) lainnya.

Komentar

Postingan Populer