HIV/AIDS

PENGERTIAN
          Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus penyebab Acquired Immunodeficienci Syndrome (AIDS), yang merupakan masalah kesehatan global baik di negara maju maupun negara berkembang. Penderita HIV/AIDS lebih dari 45 juta orang dengan korban meninggal dunia lebih dari 25 juta jiwa sejak penyakit ini dilaporkan pertama kali pada tahun 1981. Afrika Sub-Sahara, Asia Selatan dan Asia Tenggara merupakan wilayah terburuk yang terinfeksi virus HIV. Di Indonesia 2008 terdekat 6130 penderita infeksi HIV dan 11868 penderita AIDS, dengan korban meninggal sebanyak 2486 orang.
          Virus ini termasuk RNA, virus genus lentivirus golongan retrovirus famili retroviridae. Spesies HIV-1 dan HIV-2 merupakan penyebab infeksi HIV pada manusia. Kedua spesies HIV tersebut berasal dari permata.

PENYEBARAN HIV/AIDS
          HIV/AIDS ditularkan melalui darah penderita, misalnya pada waktu transfusi darah atau penggunaan alat suntik yang dipakai bersama-sama. Penularan melalui hubungan seksual baik pada homoseksual maupun heteroseksual dan penularan pada waktu proses penularan dari ibu yang menderita HIV/AIDS ke anak yang dilahirkannya juga merupakan penyebaran utama penyakit ini

GEJALA KLINIS HIV/AIDS
          Penderita yang terinfeksi HIV dapat dikelompokkan menjadi 4 golongan, yaitu:
1. Penderita asimtomatik, yaitu tanpa gejala, yang terjadi pada masa inkubasi yang berlangsung antara 7 bulan sampai 7 tahun lamanya
2. Persistent generallized lympadenopathy (PGL), yaitu dengan gejala limfadenopati umum
3. AIDS related complex (ARC), yaitu dengan gejala lelah, demam, dan gangguan sistem imun atau kekebalan
4. Full blown AIDS merupakan fase akhir AIDS dengan gejala klinis yang berat berupa diare kronis, pneumonitis interstisial, hepatomegali, splenomegali, dan neoplasia, misalnya sarkoma dan kaposi. Penderita akhirnya meninggal dunia akibat komplikasi penyakit infeksi sekunder

DIAGNOSIS HIV/AIDS
          Gejala klinis khas HIV adalah sebagai berikut:
1. HIV stadium 1: asimtomatis/terjadi PGL (persistent generalized limphadenopathy)
2. AIDS stadium 2: berat badan menurun lebih dari 10%, ulkus atau jamur dimulut penderita herpes zooster     5 tahun terakhir, dan sinusitis rekuren
3. HIV stadium 3: berat badan turun lebih dari 10%, diare kronis dengan sebab tak jelas dari 1 bulan
4. HIV stadium 4: berat badan menurun lebih dari 10%, gejala dan infeksi lainnya sebagai komplikasi turunnya sistem immun (AIDS). Untuk menentukan diagnosis pasti HIV/AIDS, virus penyebabnya dapat diisolasi dari limfosit darah tepi atau dari sum-sum tulang penderita.
          Menurut kriteria WHO gejala klinis AIDS untuk penderita dewasa meliputi minimum 2 gejala mayor dan 1 gejala minor
Gejala mayor adalah:
1. Berat badan menurun 10%
2. Diare kronis lebih 1 bulan
3. Demam lebih dari 1 bulan
Gejala minor adalah:
1. Batuk lebih dari 1 bulan
2. Pruritus dermatitis menyeluruh
3. Infeksi umum rekuren, misalnya herpes zooster atau herpes simpleks
4. Limfadenopati generalisata
5. Kandidiasis mulut dan orofaring
6. Ibu menderita AIDS (kriteria tambahan untuk AIDS anak)
          Untuk membantu menegakkan diagnosis, dilakukan pemeriksaan serologi untuk menentukan antibodi terhadap HIV dengan uji ELISA, uji imunofluoresens, radio imuno precipitin assay dan pemeriksaan western blot.

PENGOBATAN HIV/AIDS
          Pengobatan HIV mutakhir adalah dengan antiretrovirus (ARV) yang sangat aktif (highly active antiretroviral teraphy, HAART) yang menggunakan protease inhibitor, berupa kombinasi sedikitnya 3 ARV berasal dari sedikitnya 2 jenis atau kelas yang berbeda. Kombinasi ARV yang umum digunakan adalah NRTI (Nucleoside Analogue Reverse Transcriptase Inhibitor), dengan protease inhibitor atau dengan Non-Nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitor (NNRTI). Penerapan HAART meningkatkan kualitas hidup dan kesehatan umum penderita HIV, menurunkan dengan drastis angka kesakitan dan angka kematian HIV. Pada prinsipnya ARV harus diberikan segera sesudah diagnosis HIV ditegakkan.

PENCEGAHAN HIV/AIDS
          Tidak ada vaksin untuk mencegah HIV/AIDS. Pencegahan hanya dapat dilakukan dengan menghindari kontak dengan virus yang berasal dari penderita baik secara langsung maupun tidak langsung melalui barang-barang yang tercemar dengan bahan infektif berasal dari penderita HIV.
          Petugas yang telah terkena kontak dengan virus harus diberikan perawatan antiretrovirus secara langsung (Post-Exposure Prophylaxois, PEP).
          Untuk mencegah penyebaran HIV/AIDS di masyarakat harus dilakukan upaya mencegah paparan HIV yang terjadi melalui transfusi darah, persalinan, penularan dari ibu ke anak, penggunaan jarum suntik bersama, hubungan seksual baik yang homoseksual maupun heteroseksual atau perilaku seksual lainnya.

Komentar

Postingan Populer