Skistosomiasis Japonicum

PENGERTIAN
          Cacing Schistosoma adalah trematoda yang tidak hermafrodit. Cacing Schistsoma japonicum endemis di Asia Timur dan Asia Tenggara termasuk Indonesia. Cacing ini hidupdi dalam vena porta intrahepatik, vena mesenterika ileosekal dan di dalam pleksus vena hemoroidalis. Telurnya dapat ditemukan di dalam tinja penderita, karena cacing dewasa hidup di dalam vena mesenterika rektosigmoid dan di cabang intrahepatik vena pora.

GEJALA KLINIS SKISTOSOMIASIS JAPONIKUM
          Perubahan patologis pada penderita dapat ditimbulkan oleh cacing dewasa, serkaria maupun teelur cacing. Pada masa inkubasi biologik, yaitu antara waktu masuknya serkaria menembus kulit sampai terjadinya cacing dewasa, terjadi kelainan kulit dan gatal-gatal, disertai keradangan akut pada hati.
          Stadium akut yang terjadi akibat terbentuknya telur cacing, menimbulkan kerusakan jaringan, perdarahan, pembentukan, pseudoabses, pseudotuberkel, dan pembentukan jaringan ikat. Penderitajuga mengalami demam dan diare.
          Stadium kronik (menahun) terjadi berupa penyembuhan jaringan, pembentukan fibrosis, disertai pengecilan hati akibat telah terjadinya sirosis, timbul pembesaran limpa, asites, dan ikterus. Juga terjadi hipertensi portal.

PENGOBATAN SKISTOSOMIASIS JAPONIKUM
          Prazikuental merupakan obat pilihhan (drug of choice) untuk mengobati skistosomiasis, japonicum dengan dosis tunggal sebesar 60 mg pe kg berat badan.
          Obat-obat lain, misalnya  tartar emetik, ambilhar, fuadin, dan antimun dimerkaptosuksinat, hasilnya tidak sebaik prazikuantel.


PENCEGAHAN SKISTOSOMIASIS JAPONIKUM
          Pengobatan masal pada seluruh penduduk, perbankan lingkungan hidup untuk mencegah pencemaran perairan oleh tinja, serta pemberantasan siput adalah cara pencegahan yang harus dilakukan untuk mencegah penyebaran skistosomiasis.

Komentar

Postingan Populer